Cerpen karya Neng Rita Kasih
“Alhamdulillahilladzi ahyana ba’dama amatana
wailaihinnusur”. Gumam Sarah saat ia terbangun dari tidur lelapnya. Jarum jam
menunjukkan pukul 04:25 WIB Sarah bergegas bangun untuk segera mengambil air
wudhu. Tak lama kemudian adzan subuh tengah berkumandang, Sarah pun kemudian
memakai mukenanya untuk kemudian melaksanakan shalat subuh. Ayat-ayat suci
Alqur’an pun tak lupa ia kumandangkan setelah ia selesai melaksanakan shalat
subuhnya.
Sarah adalah
seorang wanita berusia 21 tahun yang kini tengah menjadi seorang mahasiswi
fakultas kedokteran di salah satu universitas swasta di Jakarta, ia terlahir
dari sebuah keluarga yang cukup berpengaruh di ibu kota, ayahnya seorang
pengusaha sukses dan ibunya seorang pendiri yayasan ternama d kota metropolitan
ini. Hidupnya memang serba berkecukupan dan serba mewah hal apapun yang ia
inginkan pasti ia bisa dapatkan, meskipun ia hanya seorang anak angkat di
keluarga ini.
Sarah diadopsi
oleh bapak dan ibu Frans sekitar 19 tahun yang lalu saat Sarah masih berusia 2
tahun di sebuah panti asuhan di daerah ibu kota. Orang tua kandung Sarah
meninggal dunia saat ia berusia 1 tahun karena kecelakaan maut. Ibu dan bapak Frans
mengadopsi Sarah karena ibu Frans tidak bisa mempunyai anak akibat kanker Rahim
yang di deritanya, sehingga hal ini menjadikan Sarah sebagai anak tunggal dari
mereka. Meskipun Sarah hanya seorang anak angkat di keluarga ini namun bapak
dan ibu Frans sudah menganggap Sarah sebagai anak kandung mereka, mereka sangat
sayang sekali terhadap Sarah dan Sarah pun demikian.
***
“tok tok tok
!!..” Ibu Frans mengetuk pintu kamar Sarah
“Sarah, Sarah..”
kemudian ia memanggil nama anaknya beberapa kali, namun tidak ada jawaban,
kemudian ibu Frans membuka pintu kamar Sarah yang ternyata tidak di kunci. Matanya
menyapu seluruh ruangan kamar Sarah yang bernuansa pink itu, sampai akhirnya
kedua matanya menemukan Sarah yang masih terbaring di atas sejadah, ibu Frans
pun segera menghampirinya.
“Sarah, bangun
sayang ..”kata Ibu Frans smbil mengelus-elus wajah sarah yang masih terbalut
mukena itu,
“emmmmh
bunda..”Sarah tersadar membuka kedua matanya perlahan-lahan mendapati sosok
bundanya,
“bangun sayang
udah siang, kamu ketiduran ya habis shalat subuh??..”Tanya ibu Frans,
“iya bunda,
habisnya malem Sarah ngerjain tugas sampai larut malem jadi ngantuk banget..”
jawab Sarah sambil beranjak bangun dari sejadahnya,
“emh ya udah
cepetan sana mandi dulu, bukannya hari ini kamu mau ke butik..”bundanya
mengingatkan,
“iya bunda Sarah
mau ngecek barang yang baru di import kemaren..”kata Sarah,
“ya udah kalo
gitu cepetan mandi sana, bunda sama ayah nunggu di meja makan ya..”kata
bundanya,
“iya bunda..”
jawab Sarah.
Bundanya pun
beranjak meninggalkan kamar Sarah, sementara itu Sarah segera melipat alat
shalatnya dan beranjak ke kamar mandi.
Setengah jam
kemudian Sarah sudah berpakaian rapi bajunya yang berwarna pink di padu
padankan dengan kerudungnya yang berwarna pink juga. Sarah memang seorang gadis
yang taat beragama sehingga ia tumbuh menjadi seorang gadis berjilbab, karena
keluarga dari bapak dan ibu Frans juga keluarga yang tau akan ilmu agama.
Meskipun keluarga ini bergelimbang harta namun tak lantas membuat mereka lupa
akan ajaran agama.
Setelah merasa
pas, Sarah pun mengambil handbag’nya dan bergegas meninggalkan kamarnya karena
ia tengah di tunggu kedua orangtuanya di meja makan. Satu per satu Sarah
menuruni anak tangga dari kamarnya yang terletak di lantai satu menuju ruang
makan dan ternyata memang ayah dan bundanya tengah menunggu disana.
“pagi sayang..”
sapa ayah Sarah yang tak lain adalah pak Frans mencairkan suasana pagi itu,
“pagi juga
ayah..” sarah membalas sapaan ayahnya dan kemudian duduk di depan ayahnya itu,
Sementara itu
bundanya sedang membantu mbo yem (pembantu rumah tangga) menyiapkan sarapan
untuk mereka.
“cantik banget
anak ayah pagi ini..” goda pak Frans pada Sarah,
“ahh ayah udah
dari lahir kali Sarah tuh cantik..hee” Sarah menanggapi godaan ayahnya,
“ia donk pasti
cantik mirip bundanya…” kata ibu Frans sambil meletakkan segelas susu di dekat
Sarah dan ikut larut dalam perbincangan pagi itu,
Sarah mengambil
selembar roti yang kemudian ia olesi selai coklat seperti biasanya, kemudian ia
melahapnya.
“Sarah, gimana
bisnis butikmu nak?” Tanya ayahnya di sela-sela sarapan pagi itu,
“emh
alhamdulillah yah sejauh ini perkembangannya cukup pesat, sekarang aja Sarah
mau ke butik mau ngecek barang yang baru d import kemaren” jawab sarah,
“bagus kalau
begitu, itu baru anaknya ayah..” kata ayahnya bangga,
“ayah punya kabar
gembira buat kamu Sarah..” lanjut ayahnya,
“apa yah??” Sarah
penasaran,
“mobil kamu sudah
selesai di service , jadi kamu bisa bawa mobil sendiri gak usah ikut sama ayahmu
lagi..” bundanya menjelaskan,
“yang bener??
Kapan emang mobil Sarah diambilnya??” Sarah senang,
“kemaren di ambil
sama mang Udin, ayah sengaja nggak ngasih tau kamu biar jadi kejutan..”jelas
ayahnya,
“ayah makasih
ya..” Sarah kegirangan,
Ayahnya hanya
mengangguk di sertai senyuman kecil, begitu juga bundanya yang ikut senang
juga.
“ya udah ya yah,
bunda Sarah berangkat duluan takut telat ke butik.”pamit Sarah,
“lho, Sarapannya
gak di abisin sayang??” Tanya bundanya,
“gak bunda, Sarah
berangkat dulu. assalamua’alaikum??” Sarah mendadak tergesa-gesa tak sabar ingin
segera mengendarai mobilnya lagi,
“wa’alaikumsalam..”
jawab ayah dan bundanya.
***
“senengnya bisa
bawa mobil lagi,” kata Sarah sembari duduk mengemudikan mobilnya,
“o ya, gue harus
nelpon Dina..” lanjutnya kemudian dia langsung memencet tombol hp’nya untuk
menghubungi Dina,
Dina adalah
karyawan dibutik Sarah, selain karyawan Dina juga adalah sahabat Sarah. Mereka
sudah seperti saudara, tidak ada rasa sungkan dan canggung mereka tidak seperti
atasan dan bawahan.
“hallo
assalamua’laikum Sar, “ kata seseorang diseberang sana yang tak lain adalah
Dina,
“waa’alaikumsalam
din, lo ada di butik kan ??..” tanya Sarah ,
“iya, kenapa gitu
sar, lo mau kesini bukan??” kata Dina diseberang sana,
“iya din, gue
lagi di jalan menuju butik nih, bentar lagi gue nyampe..”jelas Sarah,
“ok deh kalo gitu
gue tunggu ya..”Kata Dina ,
“ok, ya udah
assalamua’laikum,,”Sarah mengakhiri perbicangannya,
“Waa’laikumsalam..”jawab
Dina, dan kemudian Sarah memencet tombol merah di hp’nya,
20 menit kemudian
Sarah sampai di butiknya. Butik yang cukup besar dengan berbagai macam koleksi
baju muslim local dan internasional, sebagian dari koleksi baju muslimnya ia
datangkan dari luar negeri. Sudah hampir 2 tahun ia menjalankan bisnis butik
ini di temani Dina sebagai parthner’nya.
“assalamua’laikum..”kata
Sarah saat memasuki butik dan ia langsung mendapati Dina disana,
“wa’alaikumsalam..”jawab
Sarah sambil merangkul dan cipika-cipiki sama sahabatnya Sarah
“sumbringah
banget non mukanya, ada apa ni??” Tanya Dina agak penasaran dengan tingkah
Sarah yang kelihatan bahagia saat itu,
“tau aja lo kalo
gue lagi seneng, nggak ada yang special sih cuman lo gak liat apa gue bawa
mobil sendiri..”jelas sarah,
“oh itu rupanya,
emang udah kelar ya di service’nya??” tanya Dina,
“udah din,
kemaren di ambil sama mang Udin, tapi ayah ngasih taunya tadi pas gue lagi
sarapan.” jelas Sarah,
“oh jadi lo
datang kesini buat ngasih tau hal ini, gitu??..” tanya Dina lagi,
“hee, bukan sih
tapi sekalian. Gue kesini mu ngecek barang yang baru di import kemaren.” Sarah
menjelaskan tujuan dia datang ke butik,
“oh ia itu
barangnya lagi diberesin sama Rudi dan Zeni..” jelas Dina,
“bagus deh,
takutnya barangnya belum nyampe makanya gue ngecek kesini, gue mau langsung ke
kampus sekarang” kata Sarah,
“lo nggak sekalian
liat dulu barangnya?”tanya Dina,
“nggak din, gue
serahin aja semuanya sama lo, gue percayain semuanya sama lo, lo kan sahabat
gue yang paling baik,,he” kata Sarah sambil nyengir,
“dasar lo..” dina
ikutan nyengir,
“ya udah din, gue
ke kampus dulu ya. Assalamua’laikum” pamit Sarah,
“hati-hati ya.
wa’alaikumsalam ” kata Dina,
***
“hey Sarah , apa
kabar lo??” tiba-tiba seorang cewek menepuk punggung Sarah datang dari arah
belakang saat Sarah tengah berjalan di salah satu koridor kampusnya,
“hey, bikin kaget
aja lo , hampir aja jantung gue mau
copot.”kata Sarah kaget,
Ternyata cewek
itu adalah Shanty teman satu kelas Sarah. Mereka telah menjadi teman baik
semenjak mereka ospek saat pertama masuk universitas ini, kini mereka sama-sama
di semester 6 Fakultas Kedokteran.
“kemana aja lo
sar?” Tanya Shanty yang langsung ikut jalan bareng Sarah,
“ada, ya lo tau
donk gue kan orang sibuk..”jawab Sarah sedikit bercanda,
“iya deh gue tau
ko lo orang sibuk, lo pasti sibuk ngurusin butik lo kan..”Shanty menebak,
Sementara Sarah
mengangguk pertanda membenarkan tebakan Shanty.
“eh butik lo kan
udah mau 2 tahun tapi gue gak pernah tau alesan lo buat bikin bisnis butik itu,
secara kan lo kuliah di fakultas kedokteran ya se’enggaknya lo bikin klinik ke
atau apotik gitu. Menurut gue gak nyambung gitu lho.” Jelas Shanty,
“emmh gimana ya,
gue bisnis butik karna gue hobby aja gue suka koleksi macem-macem baju kan dan
gue coba berbagi koleksi baju gue itu sama orang lain. Masalah kenapa gak bikin klinik atau apotik
atau apalah itu, rencananya nanti kalo gue udah lulus dan udah menjadi seorang
dokter. Nanti sekalian gue bikin rumah sakitnya deh..hee” jawab Sarah lagi-lagi
sedikit bercanda,
“by the way
perkuliahan kan masih setengah jam lagi, ke kantin yu sar gue laper ni??” ajak
Shanty,
“ok..”jawab Sarah
simple,
Mereka berdua pun
hengkang menuju kantin.
Setelah sampai di
kantin, mereka berdua duduk dan memesan makanan seperti biasa.
“eh sar gue lupa
hari ini kita ada praktek nggak sih??” Tanya Shanty memulai kembali
perbincangan mereka,
“nggak ada,
minggu depan kita prakteknya Shan..” jelas Sarah sambil memakan makanannya,
“oh iya gue lupa.
Emmh ngomong-ngomong cowok lo siapa sih? Ko gue nggak pernah denger tentang
cowok lo ??” Tanya Shanty dengan mimic muka yang agak serius,
“oh masalah
itu..”Sarah menjawab dengan tenang namun tak memberikan jawaban yang pasti,
“ko cuman oh
doank sih??” Shanty tidak puas dengan jawaban Sarah,
“emang kenapa
lo nanyain hal itu, penting gitu buat
lo??” Sarah balik nanya,
“ya gue pengen
tau aja sar. Tapi kalo lo jawabnya gitu, berarti lo jomlo ya?? Kenapa sih lo
belum punya cowok??” Tanya Shanty penasaran,
Sarah
menghentikan aktivitas makannya sejenak kemudian menarik nafas dalam-dalam.
“Shanty, masalah
gue punya atau nggak punya cowok bukan masalah yang besar kan?. Nggak ada satu
alasan yang mengharuskan gue punya atau nggak punya cowok, yang jelas untuk
saat ini gue belum mikirin hal itu lagi pula mau ada cowok seperti apa pun yang
gue cinta cuman satu, Allah.” Jelas Sarah,
“so religious lo,
gue cuman heran aja cewek secantik dan sekaya lo nggak punya cowok..”Shanty
menanggapi penjelasan Sarah,
“eh tapi bukannya
dulu lo pernah mau dijodohin atau dikenalin sama temen bokap lo yang kuliah di
Australy ?” Shanty masih penasaran,
“oh itu, iya
emang dulu gue sempet mau dikenalin gitu sama bokap gue tapi cowok yang mau
dikenalin sama gue itu keburu berangkat lagi ke Australy. So, nggak jadi deh.”
Jawab Sarah,
“ohh gitu to.trus
….”belum selesai Shanty bicara,
“udah, lo nggak usah nanya-nanya lagi kaya
wartawan aja. Cepetan abisin makannya bentar lagi kita masuk.” Sarah memotong
pembicaraan Shanty,
“iya gue nggak
bakalan nanya lagi.” Kata Shanty
Setelah selesai
makan mereka pun pergi ke kelas.
***
Jarum jam
menunjukkan pukul 00:57 WIB, saat itu Sarah terjaga dari tidurnya, seketika ia
langsung pergi mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat Qiamullail. Setiap
malam di sela-sela waktu untuk tidurnya memang Sarah selalu menyempatkan
waktunya untuk melaksanankan shalat malam, ketika orang-orang tertidur pulas
dengan mimpi-mimpinya Sarah lebih senang berdo’a dan berdzikir kepada Tuhannya.
“Ya Allah
terimakasih karena engkau telah memberikan orang tua angkat yang begitu menyayangi
hamba, yang ikhlas membesarkan dan merawat hamba sampai saat ini,, hamba ingin
sekali membalas setiap kebaikan yang mereka beri kepada hamba, semoga hamba
bisa membahagiakan mereka. Ampunilah dosa-dosa mereka ya Allah dan sayangi
mereka seperti mereka menyayangi hamba.
Ya Allah, hamba
tau hamba adalah seorang manusia yang penuh dengan dosa hamba mohon ampunilah
segala dosa-dosa hamba beserta kedua orang tua hamba yang mungkin kini tengah
berada di surga-Mu, hamba rindu mereka ya Allah, hamba ingin sekali bertemu
dengan mereka, hamba ingin bisa memeluk mereka dan berkumpul dengan mereka.
Semoga mereka kini ada dalam rahmat-Mu..amiin”
Tak terasa air
mata Sarah mengalir deras, ia menangis. Ia meminta,berdo’a, mengadukan segala
rasa gundah dan gelisahnya kepada Allah. Saat ini ia sedang rindu sekali kepada
kedua orang tuanya, meskipun ia tau kalau ia tidak akan pernah bisa bertemu
dengan mereka lagi di dunia ini, ia hanya bisa memandangi foto kedua orang
tuanya, foto itupun ia dapatkan dari bapak dan ibu Frans dulu.
Sarah berbaring
diatas sejadahnya dan perlahan menutup kedua matanya. Tiba- tiba ada suara
seorang laki-laki dan perempuan yang memanggil namanya.
“sarah,,sarah..”
“sarah anakku,
bangun sayang..”
Antara sadar dan
tidak Sarah mencoba membuka kedua matanya perlahan. Setelah membuka kedua
matanya Sarah mendapati kedua sosok perempuan dan laki-laki yang wajahnya sama
persis dengan wajah kedua orang tua Sarah dalam foto. Sarah pun bangun dan
berdiri dengan wajah setengah kaget.
“ayah, ibu apakah
ini kalian???” Tanya Sarah ,
“iya nak ini
kami..”kata ibu Sarah,
Sarah langsung
memeluk mereka, terpancar senyuman dari kedua orang tuanya, sementara Sarah
menagis tersedu-sedu,
“sudah nak,
jangan menangis..”kata ayahnya sambil mengusap air mata Sarah,
“ayah, ibu Sarah
rindu sekali pada kalian..”jelas Sarah,
“iya nak kami
tahu, kami juga sangat rindu kepadamu. Tapi kami tidak bisa disini bersamamu,
kamu sudah cukup bahagia dengan kedua orang tua angkatmu sekarang.” kata
ibunya,
“iya bu, tapi
Sarah akan lebih bahagia lagi jika Sarah bersama kalian..” jelas Sarah,
“berjanjilah
kepada kami, kau akan membahagiakan kedua orangtua angkatmu.” Kata ayahnya,
“tapi Sarah ingin
ikut bersama kalian, Sarah ingin tinggal bersama kalian..” kata Sarah dengan
air mata berlinang di pipinya,
Tetapi tiba-tiba
ayah dan ibunya lenyap. Sarah pun terbangun, ternyata itu hanya sebuah mimpi.
“terima kasih ya
Allah engkau telah mempertemukan hamba dengan kedua orang tua hamba”. kata
Sarah tersenyum sambil kembali memandangi foto kedua orang tuanya,
***
“ya udah bunda,
ayah Sarah berangkat dulu ya, takut telat nih..” pamit Sarah setelah ia
menghabiskan sarapannya,
“iya hati-hati
sayang..” kata bundanya,
“assalamua’laikum..”kata
Sarah setelah mencium kedua tangan orang tuanya,
“waa’laikumsalam..”jawab
kedua orang tuanya,
Sarah pun
langsung menancap gas mobilnya, ia takut terlambat pergi ke kampusnya karena
hari ini ada praktek ke rumah sakit.
Setibanya di
kampus Sarah langsung bergegas menuju kelas untuk mendapatkan pengarahan
terlebih dahulu dari dosen sebelum pergi praktek ke rumah sakit. Prakteknya
kali ini ditugaskan per kelompok, kebetulan Sarah satu kelompok dengan Shanty
teman dekatnya.
“hai..”sapa
Shanty ketika Sarah tiba,
“hai juga..”Sarah
membalas sambil duduk di samping Shanty,
“gue nggak
terlambat kan?” Tanya Sarah,
“nggak lah, orang
dosennya juga belum datang..”jawab Shanty,
“Alhamdulillah..”Sarah
lega,
“kenapa emang
sar?” Tanya Shanty,
“nggak, takutnya
aja gue telat, lo tau sendiri kan dosennya itu siapa. ‘pak Kusnadi’ yang killer
itu.” Jelas Sarah,
“hee dasar lo..”
kata Shanty,
“eh eh pak
Kusnadi datang tuh..”lanjut Shanty saat melihat seorang lelaki paruh baya
dengan kumis tebal memasuki kelasnya,
Tenyata lelaki
paruh baya itu adalah pak Kusnadi, kelas yang tadinya gaduh seketika berubah
menjadi hening saat pak Kusnadi memasuki kelas itu. Pak Kusnadi memang terkenal
killer dan disiplin, hal inilah yang menjadikannya seorang dosen yang ditakuti
banyak mahasiswa. Tanpa basa-basi pak Kusnadi langsung memberikan pengarahan kepada
para mahasiswa.
“para mahasiswa ,
karena kali ini kita akan menangani anak-anak yang menderita kanker otak saya
harap kalian bisa lebih berhati-hati.” Jelas pak Kusnadi,
Suasana kelas
agak sedikit gaduh saat para mahasiswa mendengar kalau mereka akan praktek di
rumah sakit khusus kanker otak, karena pak Kusnadi tidak memberi tahu mereka.
Sementara itu, Sarah menanggapi perkataan pak Kusnadi dengan pandangan kosong
seperti ada sesuatu hal yang ia pikirkan terlebih saat ia mendengar kata
‘kanker otak’.
Kelas kembali
tenang.
“kalian bisa
paham semuanya?” Tanya pak Kusnadi,
“paham pak..”
kata para mahasiswa kompak,
“ya sudah, kalau
sudah paham semuanya, silahkan kalian pergi ke rumah sakit pihak rumah sakit
sudah menunggu kalian.” Jelas pak Kusnadi,
Tak berselang
lama semua mahasiswa pun pergi menuju rumah sakit.
***
Sarah dan Shanty
berjalan menuju parkiran rumah sakit.
“akhirnya,
selesai juga ya tugas kita hari ini..” kata Shanty lega,
“iya
Alhamdulillah..” Sarah juga lega,
“tapi sar, lo keliatan
simpati banget sama anak-anak tadi..” kata Shanty lagi,
“ya, jelas gue
simpati. Emang lo nggak simpati?” Tanya Sarah,
“gue simpati ko,
kasian ya mereka masih kecil udah mengidap penyakit parah kaya gitu. Beruntung
banget kita bisa sehat seperti sekarang ini.” Jelas Shanty
Sarah hanya
menanggapinya dengan senyuman kecil, dan mereka pun sampai di parkiran.
“gue pulang
duluan ya..” pamit Shanty sambil memasuki mobilnya,
“oke”, jawab
Sarah
Setelah Shanty
pergi, Sarah pun menyusul.
Saat dalam
perjalanan pulang, adzan Ashar tengah berkumandang Sarah pun berhenti di sebuah
masjid untuk melaksanakan shalat Ashar. Setelah melaksnakan shalat Ashar, Sarah
pun melanjutkan perrjalanannya untuk pulang. Namun, tiba-tiba Sarah
menghentikan mobilnya.
Sarah tertunduk,
ia memegangi kepalanya. Ia seperti sedang menahan rasa sakit yang cukup hebat,
darah segar mengalir dari hidung mancungnya. Segera ia merogoh tasnya dan
mengambil obat dari dalammya, obat yang selalu ia bawa kemana pun ia pergi.
Obat itu adalah obat penghilang rasa sakit terhadap penyakit kanker otak yang
kini tengah ia derita.
Sarah mengidap
penyakit kanker otak setahun terakhir, tidak ada orang yang mengetahui tentang
hal ini kecuali dia sendiri dengan dokter Egi juga Allah SWT. Sarah tidak ingin
siapapun tahu akan hal ini apalagi orang-orang yang ia sayangi, Sarah tidak
ingin mereka berubah sedih saat mengetahui bahwa dirinya tengah sakit seperti
ini. Sarah melarang dokter Egi untuk memberi tahukannya kepada orang lain,
sekali pun kepada orang tuanya. Sarah menderita kanker otak stadium 3, ia di
vonis hidup kurang lebih 2 bulan lagi.
Setelah Sarah
meminum obatnya, dan merasa lebih baik Sarah pun menancap kembali gas mobilnya.
30 menit kemudian ia sampai di rumahnya.
“assalamua’laikum..”
kata Sarah saat ia memasuki rumah 3 lantainya,
“waa’laikumsalam
sayang..” jawab bundanya yang tengah duduk di sofa sambil membaca majalah,
Kemudian Sarah
mencium tangan bundanya dan langsung tidur di atas pangkuan bundanya.
“keliatannya cape
sekali sayang, wajahmu agak sedikit pucat?” Tanya bundanya,
“ia bunda hari
ini cukup melelahkan..”jawab Sarah,
“bunda, bunda
sayang kan sama Sarah?” Tanya Sarah
“ya sayang dong,
pertanyaan kamu ada-ada aja ah..”kata bundanya
“sekalipun Sarah
bukan anak bunda? Bunda nggak bakalan ninggalin Sarah kan?” Tanya Sarah lagi
Bundanya tertegun
saat mendengar pertanyaan Sarah, ia langsung menutup majalahnya dan mengalihkan
pandangan matanya kepada Sarah. Ia memandangi wajah Sarah lekat-lekat.
“sayang, sudah
bunda bilang bunda itu sayang sekali sama kamu. Kamu itu anak bunda
satu-satunya. Bunda nggak mau denger kamu ngomong kaya gitu lagi, dan bunda
mana mungkin ninggalin kamu sayang” Jelas bundanya,
“kalau Sarah yang
ninggalin bunda, gimana?” pertanyaan Sarah sugguh membuat bundanya heran,
“maksud kamu apa
?” Tanya bundanya,
“ nggak ko bunda,
Sarah cape. Sarah ke kamar dulu ya.” Sarah bangun, tidak menggubris pertanyaan
bundanya dan langsung menaiki anak tangga menuju kamarnya,
Tak lama
berselang, pak Frans tiba dari kantor.
“assalamua’laikum”
kata pak Frans setibanya ia di rumah,
“waa’laikumsalam”
jawab ibu Frans,
“tumben udah
pulang pah?” lanjut ibu Frans,
“iya mah, hari
ini papah lagi nggak ada kerjaan di kantor. Tapi tadi papah habis ketemu sama
pak Ridwan. Mamah masih ingat kan sama pak Ridwan?” Tanya pak Frans sambil
duduk di samping istrinya,
“pak
Ridwan..”kata ibu Frans sambil mengkerutkan dahinya mencoba mengingat-ingat,
“iya mah itu lho
pak Ridwan rekan bisnis papah yang dulu anaknya sempat mau kita jodohkan dengan
Sarah.” Jelas pak Frans mengingatkan,
“oh pak Ridwan
ayahnya nak Radit. Iya mamah ingat sekarang. Emang ada apa pah dengan pak
Ridwan” Tanya ibu Frans penasaran,
“gini lho mah,
tadi papah tidak sengaja bertemu dengan pak Ridwan, lalu kita ngobrol
menyambung niat kita dulu yang mau menjodohkan nak Radit dengan anak kita, dan
ternyata kata pak Ridwan besok nak Radit akan pulang ke Indonesia dari
Australy.” Jelas pak Frans panjang
lebar,
“oh gitu, terus
apa yang akan papah lakukan?” Tanya ibu Frans masih belum paham,
“berhubung besok
nak Radit akan pulang, papah berniat untuk mempertemukan mereka berdua. Langkah
selanjutnya terserah kepada mereka, yang penting mereka bertemu dulu. Papah
bukan menjodohkan mereka tapi papah hanya ingin memperkenalkan mereka saja,
lagi pula nak Radit orangnya baik, pintar, dan taat akan agama juga. Jadi,
tidak ada salahnya kan papah memperkenalkan mereka?” pak Frans meminta
persetujuan istrinya,
“ia pah, mamah
sih setuju-setuju aja. Lagian, selama ini Sarah belum pernah memperkenalkan
lelaki mana pun kepada mamah. Tapi tadi Sarah agak aneh deh pah..” kata ibu
Frans,
“aneh kenapa
mah?” Tanya pak Frans penasaran,
“tadi Sarah
kelihatan tidak seperti biasanya, ia terlihat lesu dan dia berbicara suatu hal
yang belum pernah ia tanyakan sebelumnya.” Jelas ibu Frans,
“memangnya dia
bicara apa mah?” Tanya pak Frans lagi,
“dia nanya sama
mamah apakah mamah sayang sama dia meskipun dia cuma seorang anak angkat, terus
dia bilang bagaimana kalau seandainya dia ninggalin mamah. Mamah heran sama
sikap dia pah.” Jelas ibu Frans,
“mungkin dia
kecapean aja kali mah atau sedang ada masalah dengan temannya.” Kata pak Frans,
“tapi, masalah
pertemuan nak Radit dengan Sarah coba tolong mamah sampaikan kepada Sarah.”
Lanjut pak Frans,
“kita bicarakan
hal ini nanti saja saat kita makan malam pah, biar papah juga bisa ngomong
langsung sama Sarah.” Saran ibu Frans,
“baiklah kalu
begitu.” Pak Frans setuju,
***
Waktu makan malam
pun tiba, mbo yem sibuk mempersiapkan makanan untuk makan malam keluarga Frans.
Ibu Frans pun turut membantu mbo yem di dapur. Sementara pak Frans tengah duduk
di meja makan.
“sini mbo biar
saya saja, mbo yem tolong panggilkan Sarah aja di atas.” Kata ibu Frans sambil
merebut piring makanan dari tangan mbo yem,
“tapi nyonya..”
mbo yem menolak merasa tidak enak majikannya membantu pekerjaannya,
“udah, biarin mbo
sama saya. Mbo tolong panggilkan Sarah aja di kamarnya di suruh turun.” Jelas
ibu Frans,
“baik nya.” Kata
mbo yem kini tak menolak,
Kemudian mbo yem
pergi menuju kamar Sarah.
Setibanya di
kamar Sarah, mbo yem langsung mengetuk pintu kamarnya dan memanggil-manggil
anak majikannya itu.
“non Sarah, non
Sarah..” kata Mbo yem,
“iya mbo..”
terdengar Sarah nyaut dari dalam kamarnya,
“makan malam
sudah siap non, non ditunggu sama nyonya dan tuan di bawah.” Jelas mbo Yem.
“iya mbo, aku
kebawah sekarang” jawab Sarah lagi,
Kemudian mbo yem
meninggalkan kamar Sarah menuju dapur kembali, di susul oleh Sarah yang pergi
juga menuju meja makan.
Setelah menuruni
anak tangga, Sarah pun tiba di meja makan. Karena makan malam tengah siap,
bapak dan ibu Frans juga Sarah menikmati makan malam mereka.
“Sarah, kamu
belum punya pacar kan?” Tanya ayahnya memulai perbincangan malam itu,
“belum yah,
kenapa emangnya?” Sarah agak sedikit kaget,
“kamu masih ingat
kan dengan nak Radit yang dulu sempat mau ayah kenalkan sama kamu?” Tanya
ayahnya lagi yang di balas anggukan oleh Sarah,
“besok dia akan
pulang ke Indonesia, dan setibanya di Indonesia dia mau langsung kesini untuk
bertemu dengan kamu Sarah. Bagaimana menurut kamu Sarah? Kamu mau kan bertemu
dengan nak Radit?” Tanya ayahnya membuat anaknya sedikit berfikir,
Sarah terdiam
sejenak.
“kalau Sarah
terserah pada Ayah dan bunda aja.” Jawab Sarah,
“ayah kamu ingin
memperkenalkan kalian berdua. Ya anggap saja taa’ruf. Siapa tahu cocok dengan
kamu. “ bunda Sarah memperjelas maksud suaminya,
“kalau cocok,
nanti kita langsung bicarakan soal lamaran dan pernikahan. Tapi semuanya ada di
tangan kamu Sayang, ayah tidak akn memaksakan kehendak ayah sendiri.” Kata
ayahnya
Sarah kembali
terdiam.
“kalau ini bisa
membuat mereka bahagia akan aku lakukan. Semoga hamba tidak salah mengambil
keputusan ya Allah.” Gumam Sarah dalam hati,
“iya, Sarah mau
ko.” Jawab Sarah disambut senyum bahagia ayah dan bundanya,
Sarah pun
melanjutkan makan malamnya. Setelah selesai ia langsung pergi ke kamarnya.
Karena hari ini cukup melelahkan, setelah melaksanakan shalat Isya Sarah
memutuskan untuk tidur.
Waktu menunjukkan
pukul 01.00 WIB, Sarah tengah selesai melaksanakan sahalat Qiamullail’nya. Ia mengangkat
kedua tangannya berdo’a dan meminta kepada Allah SWT tuhannya.
“ya Rabb..hamba
sangat bahagia sekali bisa hidup dengan ayah dan bunda yang begitu menyayangi
hamba, hamba ingin sekali untuk bisa membahagiakan mereka. Dan apabila dengan
perjodohan ini bisa membuat mereka bahagia hamba akan melakukannya. Mengingat
usia hamba yang hanya tinggal 2 bulan lagi karena kanker otak yang menggerogoti
tubuh hamba, di sisa-sisa waktu hamba, hamba ingin melakukan hal-hal yang
terbaik terutama untuk mereka.
Meskipun hamba
tahu, usia hamba ada ditangan-Mu. Hamba milik-Mu ya Allah, hamba diciptakan
oleh-Mu dan akan kembali kepada-Mu. Jika engkau ingin mengambil hamba saat ini
juga hamba ikhlas ya Allah. Ampunilah segala dosa-dosa hamba..amin ya rabbal
a’lamin..”
Sarah berdo’a
dengan air mata berlinang dipipinya, kemudian ia berbaring di atas sejadahnya
dan menutup matanya perlahan.
***
Pagi yang dinanti
pun tengah tiba, hari ini Sarah akn bertemu dengan lelaki pilihan ayahnya.
Namun ada yang sedikit berbeda dipagi ini, langit terlihat agak gelap namun
tidak turun hujan. Tetapi siapa yang peduli akan cuaca, yang penting hari ini
akan berlangsung sebuah pertemuan yang tengah dinanti oleh keluarga Frans.
Jarum jam tengah
menunjukkan pukul 09.00 WIB,
“pah, nak Radit
mau datang jam berapa ke rumah kita?” Tanya ibu Frans kepada suaminya,
“mungkin sekitar
jam 10han. Kata pak Ridwan jam 9 nak Radit sampai di bandaranya mah.” Jelas pak
Frans,
“oh begitu to,
mamah udah nggak sabar pah ingin segera melihat nak Radit.” Kata ibu Frans,
“orang anak kita
juga yang mau ketemu ko jadi mamah sih yang nggak sabar. Tapi Sarah sudah tahu
kan kalau nak Radit akan datang jam 10 pagi ini?” Tanya pak Frans,
“sudah pah, mamah
semalam bilang sama Sarah sebelum ia tidur tapi mamah ngasih tahunya jam 9
pah.” Jelas ibu Frans,
“oh iya lebih
cepat lebih baik mah.” Kata pak Frans,
Ketika mereka
berbincang-bincang tiba-tiba bel rumah berbunyi,
“ding dong, ding
dong..”
“biar saya saja
mbo yang membukakan pintu siapa tau itu nak Radit..”kata ibu Frans saat melihat
mbo yem menuju pintu rumahnya,
“njeh bu…”kata
mbo yem,
Kemudian ibu
Frans menghampiri pintu rumahnya dan membukanya.
Saat ia membuka
pintu ia mendapati dua orang lelaki, yang satu lelaki paruh baya yang sudah ia
kenal sebelumnya sementara yang satunya lagi lelaki berparas ganteng yang
kira-kira berusia 26 tahun yang baru ia lihat.
“silahkan masuk..”
ibu Frans mempersilahkan,
Kemudian mereka
duduk di ruang tamu, yang ternyata sudah ada pak Frans disana. Pak Frans pun
langsung merangkul dan bersalaman dengan pak Ridwan juga Radit anaknya.
Setelah itu
mereka berempat pun duduk.
“silahkan tuan
ini minumnya..” kata mbo yem sambil menyimpan minuman di atas meja,
“makasih
mbo..”kata nak Radit,
“mah, ini lho nak
Radit yang papah ceritakan waktu itu.” Kata pak Frans kepada istrinya
memperkenalkan Radit,
“tante..” kata
Radit sambil menundukkan kepalanya sesaat,
“tapi kedatangan
pak Ridwan bersama nak Radit lebih awal dari perkiraan sebelumnya.” Kata ibu
Frans,
“iya, kebetulan
penerbangan Radit lebih awal.” Jelas pak Ridwan,
“bagaimana dengan
kuliah kamu nak Radit?” Tanya pak Frans,
“Alhamdulillah om
sejauh ini sangat baik sekali, sekarang saya sedang melanjutkan kuliah S2
saya.” Jelas nak Radit,
“Oh hebat ya, om
dengar kuliah S2 nya juga beasiswa ya?” Tanya pak Frans lagi,
“begitu lah om,
ngomong-ngomong Sarahnya mana om?” Tanya Radit yang sedari tadi tidak mendapati
sosok Sarah,
“Sarah ada, masih
di kamarnya, biasa lah perempuan mungkin sedang bersiap-siap.” Jelas pak Frans,
“biar mamah
panggilkan.” Kata ibu Frans, kemudian ia beranjak menuju kamar Sarah,
Setelah sampai di
pintu kamar Sarah, ibu Frans langsung mengetuknya.
“Sayang, kamu
lagi ngapain. Nak Radit sudah datang, kamu ditunggu di bawah sayang..” kata ibu
Frans di depan pintu Sarah, namun Sarah tak menjawab.
Beberapa kali ibu
Frans memanggil Sarah namun tetap tak ada jawaban, karena penasaran Ibu Frans
pun membuka pintu kamar Sarah yang ternyata tidak di kunci. Ibu Frans mendapati
anaknya Sarah tengah terbaring di atas sejadahnya.
“anak ini, masih
saja tidur sudah tau akan ada tamu yang menemuinya..” kata ibu Frans sambil
menggelengkan kepalanya, kemudian ia menghampiri Sarah yang masih terbalut
mukena itu.
“Sarah, bangun
nak ini udah siang nak Radit sudah datang dan menunggu kamu di bawah.” Jelas
bundanya, namun tetap tidak mendapatkan reaksi dari Sarah.
“Saraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahh..”
teriak bundanya saat membalikkan tubuh Sarah, ia melihat darah yang tengah
kering di hidung Sarah,
Mendengar
teriakan istrinya pak Frans, pak Ridwan, juga Radit langsung pergi menuju asal
suara.
“ada apa mah?”
Tanya pak Frans saat tiba di kamar Sarah, ibu Frans hanya menangis tidak
mengeluarkan satu patah kata pun.
“Sarah kenapa
mah? Sarah kenapa?” pak Frans panic ketika melihat Sarah di pangkuan istrinya,
Kemudian Radit
melihat Sarah dan menempelkan jari tangannya ke hidung Sarah.
“innalillahi wa
inna ilaihi raji’un..” gumam Radit mengetahui bahwa Sarah sudah tak bernyawa
lagi,
“tidak, tidak
mungkin nak Radit. Nak Radit jangan bicara sembarangan..bangun Sarah bangun..”
Kata ibu Frans sambil menangis tersedu-sedu,
“Sabar mah sabar,
Sarah sudah meninggalkan kita.” Kata pak Frans bijak setelah mengetahui anaknya
tengah tiada,
Sarah Alzena
Nugroho telah pergi meninggalkan kedua orang tua angkatnya Frans Aditya Nugroho
(bapak Frans) dan Alinda Kusuma (ibu Frans). Semua orang yang ada saat itu
menangis termasuk Radit yang baru kali ini melihat Sarah. Meskipun demikian,
namun mereka mencoba untuk mengikhlaskan kepergian Sarah.
Mungkin kini
Sarah tengah meninggalkan kedua orang tua angkatnya, tetapi Sarah akan bertemu
dengan kedua orang tua ia yang sebenarnya di Surga.
_Selesai_